tag:blogger.com,1999:blog-74254082715268182642024-03-12T18:28:41.330-07:00Sosial Ekonomi PertanianJurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas AndalasSosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-28754569993249037912011-02-10T17:52:00.000-08:002011-02-10T17:52:19.067-08:00EFEKTIFITAS KOMUNIKASI PADA KELOMPOK BINAAN LP2M DALAM MENERIMA INFORMASI PERTANIAN DI KELURAHAN GUNUNG SARIK III (Studi Kasus : Kelompok Binaan Gunung Sarik III dan Tanjung Permai)<div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 18px;"><b>Oleh : Yossie Arie Shandi</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 18px;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Penelitian ini bertujuan mendeskripsi proses komunikasi LP2M dalam menyampaikan informasi pertanian dan efektifitas komunikasi pada kelompok binaan LP2M dalam menerima informasi pertanian. Penelitian telah dilaksanakan di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus. Pengambil sampel dilakukan secara <i>Purposive</i> (sengaja) dimana seluruh anggota kelompok yang memiliki usaha di bidang pertanian khususnya padi sawah dijadikan sasaran penelitian. Jumlah responden dalam penelitian ini 25 orang yang terdiri dari 13 orang pada kelompok binaan Gunung Sarik III dan 12 orang pada kelompok binaan Tanjung Permai. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Hasil penelitian menunjukan bahwa proses komunikasi yang terjadi antara staf lapangan LP2M dengan anggota kelompok binaan Gunung Sarik III dan Tanjung Permai terjadi secara tatap muka, dimana penyampaian pesannya langsung dilakukan oleh Staf lapangan kepada kelompok binaan. Pesan yang disampaikan berupa informasi pertanian yaitu, pembuatan kompos, metode SRI, pengenalan pestisida alami, dan pengenalan pakan ternak. Dalam penyampaian pesan terjadi komunikasi dua arah, dimana antara staf lapangan dengan anggota kelompok saling berinteraksi satu sama lain. Dari informasi pertanian yang disampaikan oleh staf lapangan, komunikasi efektif pada penyampaian pesan pembuatan kompos dimana jumlah anggota kelompok yang sampai pada tahap melakukan 76.9% pada kelompok binaan Gunung Sarik III dan 50% pada kelompok binaan Tanjung Permai. Sehingga komunikasi dikatakan efektif pada kelompok binaan Gunung Sarik III dimana jumlah anggota yang melakukan pesan pembuatan kompos tersebut lebih dari 50%. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Sebaiknya pesan yang disampaikan tersebut benar-benar dibutuhkan oleh anggota kelompok, seperti Metode SRI, pestisida alami, dan pakan ternak hanya beberapa yang melakukan, ini dikarenakan informasi tersebut tidak terkait dengan masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok. Penelitian ini bisa dilanjutkan untuk melihat efektifitas peran ketua kelompok.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 16px;"><b><br />
</b></span></div><div style="text-align: -webkit-auto;"><br />
</div><div style="text-align: -webkit-auto;"><br />
Keyword : Efektifitas, Komunikasi, LP2M<br />
<br />
file PDF : <a href="http://www.scribd.com/doc/48609204">http://www.scribd.com/doc/48609204</a></div>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-52299205912484357012011-01-25T21:04:00.000-08:002011-01-26T16:58:47.499-08:00PENGUATAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERBASIS KOMODITI HORTIKULTURA DI KABUPATEN TANAH DATAR<div style="text-align: center;">Oleh : Cindy Paloma</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dinamika pembangunan pertanian dari waktu ke waktu terus berkembang semakin cepat dan kompleks. Maka strategi pengembangan sistem dan usaha agribisnis sudah waktunya ditingkatkan menjadi strategi yang memadukan pengembangan agribisnis dengan pendekatan wilayah, yaitu pengembangan kawasan agropolitan.</div><div style="text-align: justify;">Masalah pokok adalah adanya kesenjangan antara perencanaan strategi pengembangan kawasan agropolitan yang dicanangkan pemerintah dan penerapannya di Kabupaten Tanah Datar. Sehubungan dengan itu, tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis potensi produk agribisnis unggulan hortikultura dalam pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Tanah Datar; (2) menganalisis pemanfaatan sarana dan prasarana agribisnis dan dukungan kelembagaan dalam pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Tanah Datar; dan (3) mengidentifikasi dan menganalisis masalah terkait dengan potensi hortikultura, pemanfaatan sarana dan prasarana serta dukungan kelembagaan dalam pengembangan kawasan agropolitan dan menguatkan strategi pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Tanah Datar.</div><div style="text-align: justify;">Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dari key informan dan petani responden. Data yang dikumpulkan dari responden-responden tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder yang dianalisa secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.</div><div style="text-align: justify;">Identifikasi dan analisa hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi produk agribisnis unggulan berada pada kriteria yang sangat berpotensi dalam pengembangan kawasan agropolitan, yang dilihat dari tiga aspek yaitu aspek ekonomis, aspek teknis dan aspek sosial. Untuk pemanfaatan sarana dan prasarana agribisnis dan dukungan kelembagaan berada pada kriteria pemanfaatan cukup optimal. Hasil identifikasi masalah dari aspek budidaya komoditi unggulan hortikultura, pemanfaatan sarana dan prasarana serta dukungan kelembagaan, dibawa ke diskusi partisipatif dengan stakeholder setempat dan menghasilkan penguatan strategi untuk memperbaiki kesenjangan yang terjadi.</div><div style="text-align: justify;">Kesimpulan dari penelitian, penguatan strategi yang dihasilkan meliputi aspek orientasi peningkatan komoditi unggulan melalui pengembangan pada aspek industri, penjaminan pasar dan informasi tata niaga, serta pemberian ternak sapi untuk menghasilkan pupuk kandang dalam pengembangan pertanian organik. Aspek sarana dan prasarana, yaitu pembenahan Sub Terminal Agribisnis dan pengembangan aspek permodalan. Untuk dukungan kelembagaan kerjasama antar instansi terkait harus lebih professional, sehingga tercipta regulasi yang baik dalam penuntasan permasalahan dan penyusunan program dalam pengembangan kawasan agropolitan. Saran dalam pengembangan agropolitan ke depan sebaiknya ada koordinasi lintas sektor yang lebih baik dari dinas instansi terkait dalam menjalankan fungsinya masing-masing.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keyword : Strategi Pengembangan, Agropolitan, Hortikultura</div><div style="text-align: justify;">file PDF : <a href="http://www.scribd.com/doc/47577818/">http://www.scribd.com/doc/47577818/</a></div>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-59821543946609574952011-01-25T21:02:00.000-08:002011-01-26T16:49:48.412-08:00Analisis Fungsi LKM-A “Suri Indah” Gapoktan Sinamar Sungai Rimbang Kecamatan Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota, dalam Mengelola Dana Program BLM-PUAP<div style="text-align: center;">Oleh : Syahrul Wadi</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penelitian ini mengkaji tentang fungsi yang dijalankan oleh LKM-A “Suri Indah” Gapoktan Sinamar Sungai Rimbang dalam mengelola dana program BLM-PUAP yang dilakukan di LKM-A “Suri Indah” Gapoktan Sinamar Sungai Rimbang Kecamatan Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota mulai bulan Juni hingga Juli 2010. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengelolaan dana program BLM-PUAP di LKM-A Suri Indah, mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberfungsian LKM-A Suri Indah dalam mengelola dana program BLM-PUAP secara partisipatif dan menganalisa kinerja LKM-A Suri Indah dalam mengelola dana program BLM-PUAP.</div><div style="text-align: justify;">Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis metode penelitian studi kasus (case study). Pengambilan responden dalam penelitian ini didasari oleh keterlibatan dan pengetahuan masing-masing responden terhadap pengelolaan dana program BLM-PUAP di LKM-A Suri Indah. Responden tersebut dibagi kedalam dua kategori, yaitu key informan dan responden peserta Focus Group Discussion (FGD). Data yang dikumpulkan dari responden-responden tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder yang dianalisa secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengelolaan dana program BLM-PUAP di LKM-A Suri Indah Gapoktan Sinamar telah merujuk kepada aturan-aturan yang ditetapkan Kementerian Pertanian. Pengelolaan dana program BLM-PUAP di LKM-A Suri Indah juga menerapkan kebijakan-kebijakan lokal berdasarkan kesepakatan pengurus, pengelola, dan anggota LKM-A. Perbedaan antara rencana dan realisasi sebagai akibat dari keterlambatan pencairan dana ke rekening Gapoktan, pertimbangan terhadap usaha anggota, dan pertimbangan terhadap watak/karakter calon peminjam. Pelaksanaan FGD merumuskan 5 poin penting dalam pengelolaan bantuan modal, yaitu: 1) mudah diterima oleh masyarakat (acceptable); 2) dipertanggungjawabkan (accountable); 3) berorientasi ekonomis (profitable); 4) dapat dilestarikan (sustainable); dan 5) mudah digulirkan dalam masyarakat (replicable). Selanjutnya penilaian terhadap kinerja LKM-A Suri Indah dalam mengelola dana program BLM-PUAP diperoleh hasil bahwa LKM-A Suri Indah tingkat kesehatan atau kinerjanya “cukup sehat” yang berarti LKM-A Suri Indah sudah cukup baik dalam pengelolaan dana bantuan modal, dan dengan kelemahan terdapat pada aspek likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan aspek jatidiri LKM-A.</div><div style="text-align: justify;">LKM-A Suri Indah disarankan untuk memperluas wilayah kerja dan mempersiapkan diri menjadi Bank Tani, melakukan kerjasama dengan lembaga keuang lainnya untuk pengembangan SDM dan usahanya serta perlu peningkatan partisipasi anggota untuk meningkatkan kinerja yang lemah. Dukungan berbagai pihak terutama pemerintah diperlukan, serta adanya pengawasan secara bottom-Up dan perbaikan kebijakan birokrasi pencairan dana bantuan modal.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keyword : Fungsi, LKMA, PUAP</div><div style="text-align: justify;">file PDF : <a href="http://www.scribd.com/doc/47577707/">http://www.scribd.com/doc/47577707/</a></div>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-9822438805985647952011-01-25T20:47:00.000-08:002011-01-26T16:48:00.082-08:00Analisis Pengembalian Kredit PKPS-BBM Pada Koperasi Pertanian Di Kota Sawahlunto<div style="text-align: center;">Oleh : Sry Putri Handayani</div><br />
<div style="text-align: justify;">Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Barangin dan Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses penyaluran dan proses pengembalian kredit PKPS-BBM pada Koptan Saiyo dan Koptan Sejahtera Abadi serta untuk mengidentifikasi faktor–faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit.</div><div style="text-align: justify;">Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan kuisioner dengan informan kunci dan responden. Data sekunder diperoleh dari instansi-instasi yang terkait dengan penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik propotional random sampling dimana populasi anggota dikelompokkan menjadi 3 strata yaitu strata lancar, strata kurang lancar dan strata macet. Data dianalisa secara deskriptif kualitatif.</div><div style="text-align: justify;">Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses penyaluran kredit PKPS- BBM terdiri dari proses seleksi terhadap anggota, proses sosialisasi terhadap anggota, persyaratan kredit, besar kredit yang diberikan serta besar bunga yang dibebankan. Pada proses pengembalian kredit PKPS-BBM dilihat dari jangka waktu pengembalian kredit, cara pengembalian kredit, kese suaian waktu pengembalian kredit, tempat pengembalian kredit, waktu pengembalian kredit serta jumlah kredit yang harus dikembalikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit yaitu pada tingkat koperasi adanya kelangkaan sumberdaya profesional, pada tingkat anggota rendahnya kesadaran berkoperasi dikalangan para anggota. Faktor internal pada koperasi adanya pembinaan dan pengawasan terhadap pengembalian kredit, faktor internal pada anggota dilihat dari alokasi penggunaan kredit dan pendapatan yang diterima. Untuk faktor eksternal dilihat dari adanya perubahan kondisi ekonomi trhadap usaha yang dilaksanakan.</div><div style="text-align: justify;">Penelitian ini merekomendasikan bahwa untuk proses penyaluran kredit sebaiknya pemerintah memberikan pinjaman kepada koperasi yang telah ada. Untuk proses pengembalian kedit sebaiknya diikuti dengan aturan-aturan dan sanksi-sanksi yang tegas. Mengingat koperasi mempunyai anggota yang berbeda pekerjaan direkomendasikan agar waktu untuk membayar angsuran pinjaman dilakukan setelah penerimaan hasil dari usaha anggota.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keyword : Koperasi Pertanian</div><div style="text-align: justify;">file PDF : <a href="http://www.scribd.com/doc/47577278/">http://www.scribd.com/doc/47577278/</a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-12102799153486821972011-01-25T20:44:00.000-08:002011-01-26T16:46:38.710-08:00Strategi Pengembangan Agribisnis Kakao (Theobroma cacao L) di Kabupaten Padang Pariaman<div style="text-align: center;">Oleh : Desi Hanafita</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Agribisnis Kakao (Theobroma cacao L) di Kabupaten Padang Pariaman” telah dilaksanakan dari bulan Juli sampai September 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis kakao serta merumuskan alternatif strategi guna pengembangannya di Kabupaten Padang Pariaman.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Matrik EFI (Evaluasi Faktor Internal), EFE (Evaluasi Faktor Eksternal) dan IE (Internal-Eksternal) digunakan untuk menganalisa tujuan pertama. Hasilnya dirumuskan sebagai strategi untuk tujuan kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total nilai matrik EFI adalah sebesar 2,625 yang berarti posisi internal agribisnis kakao berada pada posisi yang cukup kuat. Total nilai matrik EFE adalah sebesar 3,001 yang berarti agribisnis kakao dapat memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan ancaman eksternal yang dihadapi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian ditemukan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis kakao yang direkomendasikan oleh hasil pada matirk IE yaitu strategi tumbuh dan membangun seperti strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif, diantaranya: (1) mendorong petani untuk memaksimalkan ketersediaan lahan untuk peningkatan produksi, (2) mendorong petani kakao melakukan fermentasi terhadap setiap hasil panen kakao, (3) membangun sarana industri pengolahan biji kakao sehingga didapatkan diversifikasi produk untuk membuka pangsa pasar tersendiri, (4) mempermudah petani terhadap akses permodalan, (5) melakukan pelatihan dan pembinaan kegiatan agribisnis kakao secara kontiniu, (6) melakukan promosi kakao (7) menjajaki kerjasama dengan pihak pengusaha atau eksportir untuk pemasaran kakao, (8) melakukan kerjasama dengan Pemda Kabupaten Pasaman dalam hal pemenuhan kebutuhan biji kakao untuk industri pengolahan biji kakao skala besar dan (9) melakukan kerjasama antara petani kakao dengan koperasi dalam hal budidaya dan pengolahan kakao.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diharapkan Pemda dapat menerapkan strategi-strategi yang telah dihasilkan dan strategi-strategi tersebut hendaknya dimasukkan dalam program kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman demi pengembangan agribisnis kakao menjadi lebih baik lagi pada waktu yang akan datang. Agar strategi tersebut dapat terlaksana, maka Pemerintah Daerah dapat melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan tetap memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada stakeholders agribisnis kakao dan meningkatkan intensitas pelaksanaannya, serta penyediaan sarana dan prasarana penunjang sehingga pelaku agribisnis kakao di Kabupaten Padang Pariaman dapat memahami dan melakukan agribisnis kakao ini dengan lebih baik dan intensif lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keyword : Strategi Pengembangan, Agribisnis, Kakao</div><div style="text-align: justify;">file PDF : <a href="http://www.scribd.com/doc/47577211/">http://www.scribd.com/doc/47577211/</a></div>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-72062146208682290802011-01-25T20:35:00.000-08:002011-01-26T16:45:10.042-08:00ANALISIS USAHATANI SAWO ( Achras zapota. L) DI NAGARI SUMPUR KECAMATAN BATIPUH SELATAN KABUPATEN TANAH DATAR<div style="text-align: center;">Oleh : Fitria Harmon</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar” ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai Juli 2010 di Nagari Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan usahatani sawo yang sudah dikelola dalam bentuk usaha perkebunan rakyat, serta Menganalisis kelayakan pengembangan usahatani sawo berdasarkan kriteria invesment yaitu perhitungan nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR) pada periode monitoring akibat penurunan produksi karena serangan hama. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey. Pengambilan sampel dilakukan dengan dengan cara Proportioned Stratified Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang.</div><div style="text-align: justify;">Dari hasil penelitian, budidaya tanaman sawo yang dilaksanakan petani di daerah penelitian meliputi: pembukaan lahan, pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama penyakit dan panen. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata kegiatan usaha sudah beralih dari usaha pekarangan ke usaha perkebunan khusus untuk tanaman sawo. Dalam usaha kegiatan usahatani, petani belum melaksanakan kegiatan budidaya sesuai petunjuk PPL setempat, terutama dalam hal penggunaan pupuk an-organik dan pemangkasan. Dari segi pemasaran, ada dua cara yang dilakukan, cara pertama: pedagang pengumpul yang langsung membeli ke lahan petani dan cara kedua: petani yang langsung menjual ke pengecer di pasar lokal, pasar Kanagarian Tanjung Barulak.</div><div style="text-align: justify;">Dari hasil analisa, usahatani tanaman sawo di Nagari Sumpur ini layak (feasible) untuk diusahakan karena bila dilihat dari kriteria investasi dalam kondisi apabila pedagang pengumpul yang membeli langsung produksi sawo ke lahan petani diperoleh B/C Ratio sebesar 1,85, NPV sebesar 14.922.871,30, dan IRR > tingkat bunga yang berlaku yaitu 44%. Sedangkan pada kondisi petani yang menjual langsung produksi sawo ke pedagang sawo di pasar diperoleh B/C Ratio sebesar 1,82, NPV sebesar 14.714.971, dan IRR sebesar 44%. Usahatani sawo ini tetap memberikan keuntungan walaupun mengalami penurunan produksi sebesar 15,30% dan penurunan harga jual sebesar 23%, tetapi usahatani ini tidak layak (tidak feasible) dilaksanakan apabila terjadi penurunan harga jual sebesar 50%.</div><div style="text-align: justify;">Kepada petani disarankan agar melakukan pemangkasan dan pemupukan dengan menggunakan pupuk an-organik. Agar usahatani ini tetap dapat dijalankan maka petani harus menjual sawo di atas harga Rp 1.000,-/Kg.</div><br />
Analisa Usaha Tani, Sawo<br />
file PDF : <a href="http://www.scribd.com/doc/47576853/">http://www.scribd.com/doc/47576853/</a>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-46407152049292456572011-01-23T21:14:00.000-08:002011-01-26T16:44:11.537-08:00PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) DAN DAMPAK LKM-A TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH ANGGOTA (Studi Kasus: LKM-A Prima Mandiri Jorong Pulau Mainan Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya)<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;">Oleh : Syaikul Ali Subekti</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Penelitian ini mengkaji persepsi masyarakat terhadap fungsi yang dijalankan oleh LKM-A Prima Mandiri dalam mengelola dana dan dampak kredit yang diberikan LKM-A terhadap pendapatan usahatani padi sawah yang diusahakan anggota. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan profil LKM-A Prima Mandiri; (2) menganalisis persepsi masyarakat terhadap fungsi yang diterapkan LKM-A Prima Mandiri dalam menghimpun (menyimpan) dan menyalurkan kebutuhan dana (kredit) dari masyarakat kepada anggotanya; (3) menganalisis dampak LKM-A Prima Mandiri terhadap pendapatan usahatani padi sawah anggota.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain studi kasus (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">case study</i>), dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang yang diambil secara <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Proportional Classified Random Sampling</i>, terdiri dari masyarakat Pulau Mainan yang tinggal di dekat kantor LKM-A dan anggota LKM-A. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yang dianalisa secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode Skala Likert dan analisis pendapatan usahatani.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Hasil penelitian memaparkan bahwa LKM-A Prima Mandiri adalah lembaga keuangan mikro berbadan hukum koperasi yang kegiatannya mengelola keuangan dalam bentuk simpan pinjam, dengan modal swadaya dari masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap fungsi yang dijalankan LKM-A Prima Mandiri dalam hal: (1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Tabungan, memperoleh tanggapan “baik<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">”</b> Artinya keberadaan LKM-A Prima Mandiri mendatangkan keuntungan bagi masyarakat karena dari keseluruhan aspek tanggapan terhadap fungsi penghimpun dana dinilai baik, yaitu sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat; (2) Menyalurkan dana kepada anggota dalam bentuk kredit, memperoleh tanggapan “baik”. Hal ini menunjukkan persepsi masyarakat yang baik, dari keseluruhan aspek tanggapan terhadap fungsi penyaluran dana kepada anggota. Berdasarkan hasil pendapatan yang diterima petani membuktikan adanya perbedaan pendapatan petani anggota sebelum dan setelah memperoleh kredit, artinya bahwa kredit yang diberikan oleh LKM-A Prima Mandiri berdampak positif yaitu mampu membantu memberikan sumbangan 0,7% terhadap kenaikan pendapatan yang diterima oleh petani padi sawah, meskipun dalam jumlah yang sedikit yaitu sebesar Rp. 43.570,59,-. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">LKM-A Prima Mandiri disarankan untuk memperluas wilayah kerja dan melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan lain serta pemerintah untuk pengembangan SDM dan usahanya. Selain itu perlunya peningkatan koordinasi, partisipasi anggota sehingga kebutuhan yang diberikan sesuai keinginan anggota.</div><br />
Keyword : Fungsi Lembaga, LKMA<br />
file PDF : <a href="http://www.scribd.com/doc/47440855/PERSEPSI-MASYARAKAT-TERHADAP-FUNGSI-LEMBAGA-KEUANGAN-MIKRO-AGRIBISNIS-LKM-A-DAN-DAMPAK-LKM-A-TERHADAP-PENDAPATAN-USAHATANI-PADI-SAWAH-ANGGOTA-Studi">http://www.scribd.com/doc/47440855/</a>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-55414638763964956632011-01-23T21:05:00.000-08:002011-01-26T16:43:18.465-08:00PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PROGRAM PERLUASAN LAHAN SAWAH DI KENAGARIAN TAPAKIS KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN<div class="MsoListParagraph" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; tab-stops: 0cm; text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Oleh : Fifi Febrienti</span></div><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Penelitian ini bertujuan </span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">mendeskripsikan </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Peranan Kelompok Tani Dalam Pelaksanaan Program Perluasan Lahan Sawah tahun anggaran 2009 di Kenagarian Tapakis Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman dan manfaat serta dampak kinerja program perluasan lahan sawah. </span><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Penelitian </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">dilaksanakan di Kenagarian Tapakis Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman</span><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; tab-stops: 0cm; text-align: justify;"><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010. </span><span lang="SV" style="color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode studi kasus. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh kelompok tani peserta program perluasan lahan sawah tahun anggaran 2009 diambil 30 % dari 123 orang yang terbagi dalam 3 kelompok tani dengan cara <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Stratified Random Sampling</i>. Data dianalisa secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.</span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok tani berperan dalam pelaksanaan program perluasan lahan sawah. Peranan kelompok tani dalam identifikasi calon lokasi dan calon peserta program berupa menentukan lahan yang akan dijadikan sebagai lokasi program dengan pengajukan proposal bantuan dana serta mencari pemilik lahan untuk memperoleh izin dalam pelaksanaan program. Dalam pelaksanaan survei dan investigasi kelompok tani bekerjasama dengan konsultan perencanaan dalam menentukan layak atau tidaknya lahan tersebut sebagai pembandu konsultan perencanaan sedangkan yang menentukan hanya konsultan perencanaan. Kelompok tani berperan dalam desain lokasi program perluasan lahan sawah, penetapan lokasi dan pelaksanaan kontruksi perluasan lahan sawah serta pemanfaatan lahan sawah. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> Hasil kinerja Program perluasan lahan sawah dapat memberikan manfaat meningkatnya produksi padi anggota kelompok tani sehingga berdampak positif terhadap kehidupan ekonomi petani yaitu dapat meningkatkan pendapatan anggota kelompok tani, namun peningkatan produksi tidak sesuai dengan harapan anggota kelompok hanya 10% dari yang seharusnya dan akibatnya pendapatan juga tidak sesuai dengan harapan petani.</span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> Diharapkan kepada pemerintah lebih meningkatkan lagi pelaksanaan program perluasan lahan sawah karena nagari tapakis memiliki potensi lahan terlantar yang luas yang secara teknis dapat dijadikan sebagai lahan sawah. kepada kelompok peserta program tradisi dan adat pada wilayah tersebut dihilangkan saja dalam hal membasmi hama tikus yang tidak boleh dibunuh karena takut mendapatkan tulah karena hal tersebut dapat merugikan petani sementara biaya produksi untuk pertanian membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama.</span><br />
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span><br />
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Keyword : Peranan Kelompok, Program</span><br />
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">file PDF : </span><a href="http://www.scribd.com/doc/47440662/PERANAN-KELOMPOK-TANI-DALAM-PROGRAM-PERLUASAN-LAHAN-SAWAH-DI-KENAGARIAN-TAPAKIS-KECAMATAN-ULAKAN-TAPAKIS-KABUPATEN-PADANG-PARIAMAN">http://www.scribd.com/doc/47440662/</a>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-88441955102465343422011-01-23T20:51:00.000-08:002011-01-26T16:41:58.856-08:00PERAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT – MANDIRI PEDESAAN (PNPM-MP) DALAM EKONOMI RUMAH TANGGA (Suatu Kajian Pada Kelompok SPP Harapan Bersama Kampung Koto Pulai Nagari Talang Koto Pulai Tapan Kecamatan Basa Ampek Balai Kabupaten Pesisir Selatan)<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 0cm; tab-stops: 0cm; text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span lang="FI">Oleh : Epirawati</span></div><span lang="FI">Penelitian ini bertujuan </span><span lang="SV">menganalisis profil pelaksanaan kegiatan SPP di kelompok SPP Harapan Bersama Nagari Talang Koto Pulai Tapan, menganalisis pemanfaatan dan pengembalian dana bantuan PNPM-MP oleh anggota kelompok SPP Harapan Bersama dan mengetahui peran PNPM-MP dalam meningkatkan ekonomi rumah tangga pada kelompok SPP Harapan Bersama. </span><span lang="FI">Penelitian </span>dilaksanakan di Kampung Koto Pulai Nagari Talang Koto Pulai Tapan Kecamatan Basa Ampek Balai Kabupaten Pesisir Selatan<span lang="FI">.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 0cm; tab-stops: 0cm; text-align: justify;"><span lang="FI"> Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2010. </span><span lang="SV" style="color: black;">Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Responden dalam penelitian ini adalah anggota kelompok SPP Harapan Bersama yang berjumlah 10 orang dimana seluruhnya memanfaatkan dana PNPM-MP. Data dianalisa secara deskriptif kualitatif.</span><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;"> Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada profil pelaksanaan kegiatan SPP di kelompok SPP Harapan Bersama di Nagari Talang Koto Pulai Tapan </span>yaitu identifikasi calon anggota, proses pencairan dana, proses penyaluran dana sudah dilaksanakan kelompok SPP Harapan Bersama sesuai dengan mekanisme dan Juknis PNPM-MP berjalan lancar dan baik sedangkan kegiatan sosialisasi dilapangan tidak berjalan sesuai dengan Juknis yang ada karena proses kegiatan sosialisasi dilapangan hanya dilakukan oleh tim teknis dan UPK Kecamatan tanpa adanya sosialisasi dari Kabupaten. <span lang="SV" style="color: black;">Dalam pemanfaatan dan pengembalian dana PNPM-MP digunakan oleh kelompok SPP Harapan Bersama dalam</span> penggunaan dana, jumlah dana yang dipinjam, jangka waktu pinjaman, pengawasan, cara pengembalian, waktu pengembalian, bunga pinjaman, dan jumlah pengembalian dana sesuai dengan Juknis PNPM-MP dan prosedur yang ada. <span lang="SV" style="color: black;">Peran PNPM-MP dalam meningkatkan ekonomi rumah tangga pada kelompok SPP Harapan Bersama adalah mampu menggerakkan ekonomi rumah tangga anggota kelompok SPP Harapan Bersama. Ini dibuktikan dengan termotivasinya anggota kelompok, meningkatkan penghasilan anggota kelompok dan membuka lapangan kerja.</span><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> Diharapkan kepada tim teknis Kabupaten untuk ikut dalam sosialisasi program PNPM-MP di Kecamatan dan PNPM-MP dapat meningkatkan kegiatan pengadaan pelatihan dan pembinaan pada kelompok SPP melalui kerja sama dengan koordinasi pihak yang terkait dan anggota kelompok lebih aktif lagi dalam mewujudkan kelompok yang dinamis agar efisien teknis dapat tercapai.</span><br />
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span><br />
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">keyword : Program, Masyarakat, Kemiskinan</span><br />
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">file PDF : </span><a href="http://www.scribd.com/doc/47439888/PERAN-PROGRAM-NASIONAL-PEMBERDAYAAN-MASYARAKAT-%E2%80%93-MANDIRI-PEDESAAN-PNPM-MP-DALAM-EKONOMI-RUMAH-TANGGA-Suatu-Kajian-Pada-Kelompok-SPP-Harapan-Bers">http://www.scribd.com/doc/47439888/</a>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-80325558580709850802011-01-23T17:03:00.000-08:002011-01-26T17:15:58.985-08:00Analisa Nilai Tambah VCO (Virgin Coconut Oil) Pada PT. Bumi Sarimas Indonesia di Sumatera Barat<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUSoW1OWXMgTVN-2k9LpIybP7pLtS6qmODMwzmd2zID8M7EUavbAjBx6grmxJdfNv8eId4PhPbbmLJjeHDVOlHayEy9tWNOE087lLyj8D7KpvsabIMdAoe7keSYtkK73LrTjo0b3mOLQnz/s1600/produk.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUSoW1OWXMgTVN-2k9LpIybP7pLtS6qmODMwzmd2zID8M7EUavbAjBx6grmxJdfNv8eId4PhPbbmLJjeHDVOlHayEy9tWNOE087lLyj8D7KpvsabIMdAoe7keSYtkK73LrTjo0b3mOLQnz/s320/produk.JPG" width="286" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Produk VCO 120 mL</td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Oleh : <b><u>Farray Tanthiyo</u></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada umumnya penggunaan bahan baku industri pengolahan VCO (<i>Virgin Coconut Oil</i>) menggunakan kelapa segar, namun berbeda halnya pada PT. Bumi Sarimas Indonesia yang menggunakan bahan baku santan. Penelitian ini bertujuan menganalisis keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh dari industri VCO (<i>Virgin Coconut Oil</i>). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus (<i>case study</i>). Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara sengaja (<i>Purposive</i>). Analisa data untuk tujuan pertama menggunakan perhitungan keuntungan, R/C rasio, dan sensitifitas (<i>Break Even Point</i>). Analisa data untuk tujuan kedua menggunakan analisa nilai tambah dengan formulasi dari Yujihiro Hayami. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari hasil penelitian diketahui bahwa industri memperoleh keuntungan sebesar Rp. 42.275.000,- dengan perbandingan R/C rasio sebesar 1,2, dan perusahaan akan mengalami titik impas disaat memproduksi 2.119,68 liter, dengan titik impas harga produk sebesar Rp. 49.934,- /liter, dan titik impas untuk penerimaan sebesar Rp. 127.181.019. Nilai tambah yang diperoleh dari kegiatan produksi pengolahan PT. Bumi Sarimas Indonesia adalah sebesar Rp 7.252,-/liter VCO (<i>Virgin Coconut Oil</i>). Kontribusi nilai tambah yang diberikan oleh produk VCO (<i>Virgin Coconut Oil</i>) ialah 0,99 % diberikan kepada tenaga kerja langsung, perusahaan sebesar 71,53 %, dan 27,48% diberikan kepada faktor lainnya. Nilai tambah paling besar diterima oleh perusahaan. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan perhitungan yang dilakukan penggunaan bahan baku (santan) belum memberikan kontribusi yang merata kepada tenaga kerja dan faktor lainnya. Sebaiknya divisi VCO (<i>Virgin Coconut Oil</i>) tidak membeli bahan baku berupa santan, namun melakukan pengolahan bahan baku sendiri. Jika bahan baku diolah sendiri maka kontribusi nilai tambah yang diperoleh terhadap tenaga kerja dan faktor lainnya akan meningkat, untuk itu diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kelayakannya setelah bahan baku diolah sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">keyword : Nilai Tambah, VCO, Santan<br />
file PDF : <a href="http://www.scribd.com/doc/47431939/">http://www.scribd.com/doc/47431939/</a></div>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-57608706729883770762011-01-23T01:09:00.000-08:002011-01-23T01:09:00.213-08:00Sistem Agribisnis Aren di Kecamtan Mungka<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXYRxEu_vxnVQjNdsSPRr1VPB3hgQ3zGKOPSVA9l31PhSN4_BmNFW2TNUdcx7XBMWyAAhoUdfKvqncEIGILJLn0l_tI2EgvjfnasV13gE0Pn0IrQnve_p3lStIxHzFWULkarGaC61rBrog/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXYRxEu_vxnVQjNdsSPRr1VPB3hgQ3zGKOPSVA9l31PhSN4_BmNFW2TNUdcx7XBMWyAAhoUdfKvqncEIGILJLn0l_tI2EgvjfnasV13gE0Pn0IrQnve_p3lStIxHzFWULkarGaC61rBrog/s1600/images.jpg" /></a></div><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CHOME%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CHOME%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Verdana;
panose-1:2 11 6 4 3 5 4 4 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:536871559 0 0 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.apple-style-span
{mso-style-name:apple-style-span;}
span.apple-converted-space
{mso-style-name:apple-converted-space;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:844324749;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-2056912384 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:846410003;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1462930468 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-start-at:2;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">A. Tujuan Strategis Pengembangan Agribisnis aren di Kecamatan Mungka</span></b><br />
<b><span lang="SV"></span></b><br />
<b><span lang="SV"></span></b><br />
<b><span lang="SV"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV"> </span></b><span lang="SV">oleh : Aris Samudra</span><b><span lang="SV"><br />
</span></b><br />
<b><span lang="SV"> </span></b><span lang="IN">Berdasarkan informasi dari Kecamatan Mungka, salah satu misi Kecamatan Mungka yaitu mewujudkan pembangunan yang adil, ramah lingkungan dan berbasis pertisipasi masyarakat, serta penciptaan lapangan kerja. Hal tersebut memberikan rekomendasi terhadap pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. Pengembangan agribisnis aren dapat meningkatkan pendapatan petani aren sehingga berkontribusi terhadap perekonomian Kecamatan Mungka. Selain itu, pengembangan agribisnis aren mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru dan pengembangan tersebut bersifat partisipasi masyarakat, khususnya masyarakat yang berada di sekitar hutan yang ditumbuhi tanaman aren sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran. Selain itu, UPT Pertanian Kecamatan Mungka juga memiliki misi strategis dalam mengembangkan pertanian di Kecamatan Mungka, yaitu mengembangkan tanaman perkebunan yang potensial sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi tingkat pengangguran di Kecamatan Mungka. Salah satu tanaman perkebunan yang terdapat di Kecamatan Mungka adalah tanaman aren<b><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN"> Berdasarkan hasil wawancara dengan UPT Pertanian Kecamatan Mungka, adapun tujuan strategis pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka adalah meningkatkan produksi gula aren yang berkualitas di Kecamatan Mungka sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka. Arah pengembangan agribisnis aren yang dirumuskan oleh Kecamatan Mungka menitikberatkan pada pengembangan agribisnis tanaman aren dengan sistem tumpang sari/agroforesti. Selain itu, pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka menciptakan sistem pengolahan gula aren secara berkelompok sehingga mampu meningkatkan produktivitas, pemanfaatan teknologi tepat guna dan menjaga tingkat kemurnian gula aren tanpa campuran di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">B. Deskripsi Agribisnis aren di Kecamatan Mungka <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="IN">B.1 Subsistem Agribisnis Hulu<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN"> Subsistem agribisnis hulu menggambarkan tentang kios-kios sarana produksi yang menyediakan bibit, pupuk, peptisida, dan alat-alat pertanian. Menurut Hermawan (2008), subsistem agribisnis hulu menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi, dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu, dan tepat produk. Oleh karena itu, subsistem agribisnis hulu yang ideal dalam pengembangan sistem agribisnis aren di Kecamatan Mungka, sebaiknya menyediakan alat-alat dan mesin pertanian serta industri sarana produksi yang digunakan dalam usahatani aren, sehingga penyediaan sarana produksi tersebut memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu, dan tepat produk.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Berdasarkan hasil wawancara dengan UPT Pertanian Kecamatan Mungka, Kecamatan Mungka memiliki kios-kios sarana produksi yang menyediakan pupuk, peptisida, dan obat-obatan. Namun hal tersebut tidak pernah dimanfaatkan oleh petani aren untuk membudidayakan tanaman aren, sehingga subsistem agribisnis hulu dengan subsistem usahatani tidak saling berketerkaitan. Padahal, petani bisa memperoleh pupuk melalui distributor pupuk bersubsidi yang terdapat di Kecamatan Mungka. Ketersediaan kios-kios sarana produksi yang terdapat di Kecamatan Mungka merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Berdasarkan hasil wawancara dengan Pedagang saprodi di Kecamatan Mungka, Pedagang saprodi tersebut menyediakan pupuk meliputi pupuk urea, pupuk NPK, pupuk KCL, dan pupuk ZA. Pupuk tersebut biasanya dibeli oleh petani langsung ke kios-kios pedagang saprodi secara tunai. Namun, petani aren di Kecamatan Mungka tidak pernah membeli pupuk untuk dimanfaatkan dalam usahatani mereka. Dalam pemupukan tanaman aren, Petani aren biasanya menggunakan abu dari kayu bakar yang digunakan sebagai bahan bakar dalam memasak gula aren. Menurut Sunanto (1993), Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan agar lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman berumur 1-3 tahun dengan memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk kandang, dan KCL yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan tanahnya. Oleh karena itu, ketersediaan pupuk di kios-kios sarana produksi di Kecamatan Mungka merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Selain itu, pedagang saprodi juga menyediakan peptisida seperti deltametrin dan sihalotorin. Peptisida tersebut dibeli oleh petani kakao untuk membasmi kumbang penggerek batang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Petani , tanaman aren selalu diserang oleh kumbang penggerek batang. Namun, Petani aren tidak pernah melakukan penyemprotan peptisida untuk mengatasi hama tersebut. Ketersediaan peptisida di kios-kios sarana produksi di Kecamatan Mungka yang mampu mengatasi hama pengganggu pada tanaman aren merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. Ketersediaan input produksi seperti pupuk dan peptisida cukup tersedia, sehingga penyaluran input produksi tersebut lancar dan harga sangat terjangkau oleh petani. Oleh karena itu, petani aren mampu memanfaatkan input produksi tersebut dalam membudidayakan tanaman aren. Penyaluran input produksi yang lancar dan harga yang terjangkau oleh petani merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Selain pupuk dan peptisida, berdasarkan hasil wawancara dengan Pedagang saprodi di Kecamatan Mungka, Pedagang saprodi juga menyediakan alat-alat pertanian seperti parang, cangkul, pisau, dan lain-lain. Berdasarkan informasi dari Petani , Petani membeli alat-alat pertanian digunakan untuk perawatan tanaman aren, penyadapan nira pada tanaman aren, dan pengolahan gula aren. Petani sangat mudah mendapatkan alat-alat pertanian yang digunakan dalam penyadapan tanaman aren dan mengolah nira aren menjadi gula aren di kios-kios sarana produksi dan pasar-pasar Kecamatan atau di Pasar Payakumbuh dengan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, ketersediaan alat-alat pertanian di kios-kios sarana produksi Kecamatan Mungka yang dimanfaatkan petani aren merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="IN"> </span><span lang="SV">Berdasarkan informasi dari Dinas Perkebunan Kab. Lima Puluh Kota, kios-kios sarana produksi di Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya Kecamatan Mungka belum ada yang mampu menyediakan bibit unggul tanaman aren dan penelitian-penelitian tentang bibit unggul tanaman aren di Kabupaten Lima Puluh Kota juga belum mendapatkan perhatian yang serius serta dalam pengadaan bibit unggul belum ditemui petani-petani yang menyediakan bibit unggul. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani , petani masih menggunakan bibit yang berasal dari seleksi alam (Musang). Ketersediaan bibit yang berasal dari seleksi alam tersebut belum bisa dikatakan sebagai bbit unggul dan bibit tersebut memiliki jumlah yang tidak bisa dipastikan sehingga menghambat kemampuan petani dalam mengembangkan skala usahatani petani aren di Kecamatan Mungka. Oleh karena itu, ketersediaan bibit unggul yang belum ada merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Namun, daerah Banten dan Kalimatan Timur menyediakan biji dan bibit unggul tanaman aren sehingga mampu menyediakan pasokan biji dan bibit unggul kepada setiap wilayah-wilayah yang membutuhkan (Kusumanto, 2008). CV.Multivalent Prima yang terdapat di Semarang juga menyediakan bibit unggul tanaman aren sehingga mampu dimanfaatkan Kecamatan Mungka untuk ketersediaan bibit unggul di Kecamatan Mungka. Ketersediaan bibit unggul tersebut merupakan peluang bagi kios-kios sarana produksi dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka sehingga tersedianya bibit unggul tanaman aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">B. 2 Subsistem Agribisnis Usahatani<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Subsistem agribisnis usahatani (<i>On Farm Agribusiness</i>) merupakan kegiatan proses produksi mulai dari pengolahan tanah, penanaman, perawatan dan pemungutan hasil. Petani aren masih saja melakukan pembudidayaan aren dengan sangat tradisional. Petani aren tidak melakukan penyeleksian benih dan pembibitan serta pengembangan luas tanam tanaman aren. Petani aren hanya merawat tanaman aren yang tumbuh dengan sendirinya. Oleh karena itu, kegiatan usahatani aren di Kecamatan Mungka tidak optimal sehingga produktivitas tanaman nira di Kecamatan Mungka belum maksimal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Usahatani aren menggambarkan tentang penggunaan dan pengelolaan faktor-faktor produksi (lahan, tenagakerja, modal, teknologi dan manajemen) dalam proses membudidayakan tanaman aren yaitu persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemupukan dan pemungutan hasil.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan hasil wawancara dengan petani , petani tidak memiliki luas lahan yang luas dan khusus untuk penanaman tanaman aren. Lokasi tanaman aren yang dimiliki oleh petani menyebar di perkarangan, lereng-lereng perbukitan dan kebun petani . Tanamana aren biasanya merupakan tanaman pendamping tanaman lain seperti kakao dan karet. </span><span lang="FI">Oleh karena itu, petani hanya memiliki beberapa batang tanaman aren. Jumlah batang aren yang dimiliki oleh petani masih sedikit sehingga jumlah produksi gula aren masih belum bisa memenuhi permintaan pasar yang sangat tinggi. </span><span lang="SV">Padahal, masih banyak lahan-lahan kosong yang potensial yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan tanaman aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Selain itu, petani juga tidak pernah melakukan pengolahan lahan terlebih dahulu dalam membudidayakan tanaman aren. Tanaman aren tumbuh di perkarangan atau di lereng-lereng perbukitan tanpa penyiapan lahan dan pengolahan lahan. Menurut Soeseno (1992), akar tanaman aren akan sulit menembus butiran tanah dan akar tanaman aren akan menjadi kerdil apabila lahan yang akan ditanami tanaman aren tidak gembur dan tidak ada perlakuan dalam pengolahan tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman aren dan berpengaruh terhadap produksi nira yang dihasilkan tanaman aren. Oleh karena itu, proses pengolahan lahan sangat penting sehingga penanaman tanaman aren tanpa ada pengolahan lahan sebelumnya merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tanaman aren di Kecamatan Mungka merupakan tanaman yang tidak dibudidayakan sehingga tanaman aren merupakan tanaman liar yang penyebaran pertumbuhannya dilakukan melalui seleksi alam dengan bantuan binatang (Musang). Oleh karena itu, bibit tanaman aren yang tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Selain itu, bibit aren yang tumbuh tidak terdapat dalam jumlah yang besar dan bibit yang tumbuh tersebut belum bisa dipastikan bibit unggul. Bibit unggul yang tidak tersedia menghambat petani dalam mengembangkan skala usahanya dan produksi nira yang dihasilkan petani di Kecamatan Mungka belum maksimal. Jadi, bibit aren yang berasal dari seleksi alam yang tidak termasuk kedalam kategori bibit unggul merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan hasil wawancara dengan Petani , tanaman aren di Kecamatan Mungka hanya menghasilkan rata-rata 15 liter per batang dalam satu kali penyadapan. Menurut Kusumanto (2008), Produktivitas aren beragam antar tanaman, umumnya pohon dengan ukuran batang besar dan tinggi merupakan penghasil nira yang banyak. Produksi nira tertinggi dijumpai pada penyadapan mayang yang pertama, kemudian akan menurun pada mayang berikutnya. Produksi nira optimal berkisar 20-30 liter/hari/pohon dengan diameter batang kecil dan pendek atau penyadapan pada mayang kedua, produksi nira akan berkurang, berkisar 10–20 liter/hari. Namun apabila petani aren di Kecamatan Mungka menggunakan bibit unggul maka tanaman aren mampu mencapai produktivitas optimal .Bibit unggul mampu menghasilkan 25-30 liter nira per batang dalam sekali penyadapan dan masa produksi yang lebih cepat (CV.Multivalent Prima). Oleh karena itu, ketersediaan bibit unggul merupakan permasalahan yang sangat penting dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan hasil wawancara dengan petani , petani tidak pernah melakukan penanaman tanaman aren secara teratur sehingga perencanaan dalam penanaman tanaman aren baik dari segi jumlah maupun pola tanam tidak pernah dilakukan. Pada umumnya, petani hanya memindahkan tanaman aren yang tumbuh liar ke perkarangan rumah petani atau ke kebun petani sebagai tanaman pendamping, tanaman pagar dan tanaman pelindung yang ditanam secara tumpang sari dengan tanaman coklat dan tanaman karet. Selain pola penanaman tumpang sari, petani juga melakukan penanaman dengan pola penanaman agroforesti yaitu menanam tanaman aren di sekitar lereng-lereng perbukitan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani , pola penanaman tanaman aren dengan menggunakan pola tanam tumpang sari dilakukan karena umur produksi tanaman aren yang cukup lama. Tanaman aren di Kecamatan Mungka mulai memproduksi nira pada umur 8-10 tahun sehingga dengan pola tanam tumpang sari, petani bisa memanfaatkan hasil dari tanaman lain yang ditanam. Oleh karena itu, umur produksi tanaman aren yang cukup lama merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Dalam budidaya tanaman aren, petani hanya melakukan penyiangan dan pemupukan. Petani menyiangi tumbuhan pengganggu dan membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di batang tanaman aren yang dilakukan di setiap hari sewaktu petani melakukan penyadapan nira. </span><span lang="FI">Selain itu, petani aren juga melakukan pemupukan dengan menggunakan Abu yang di lakukan satu bulan sekali. Debu tersebut berasal dari kayu bakar yang digunakan untuk memasak nira menjadi gula aren. Berdasarkan informasi dari petani , tanaman aren yang dilakukan penyiangan dan pemupukan dengan debu lebih memberikan hasil yang maksimal dibandingkan dengan pohon aren yang tumbuh liar tanpa pemeliharaan. Hal tersebut membukitikan bahwa tanaman aren sangat membutuhkan budidaya dan perawatan yang optimal sehingga mampu meningkatkan produktifitas.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI"> Oleh karena itu, petani aren di Kecamatan Mungka masih menggunakan teknik budidaya yang masih sangat tradisional karena petani tidak melakukan pengolahan lahan, seleksi bibit unggul, penanaman, penyiangan dan pemupukan yang optimal sehingga sangat mempengaruhi produktivitas tanaman aren. Menurut Kusumanto (2008), Apabila tanaman aren dibudidayakan </span><span class="apple-converted-space"><span lang="FI" style="color: #333333; font-family: Verdana;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span lang="FI" style="color: black;">dengan bibit yang unggul, pemeliharaan yang intensif, pemupukan yang cukup, pengelolaan manajemen kebun yang memadai, maka hasilnya akan lebih baik dari pada yang sekarang ini dihasilkan dari pohon yang alami bahkan yang tumbuh liar dengan jarak yang tidak beraturan.</span></span><span lang="FI" style="color: black;"> </span><span lang="FI">Tanaman aren yang tidak dibudidayakan merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Berdasarkan hasil wawancara dengan petani , proses penyadapan nira yang dilakukan oleh petani meliputi tahap (1) persiapan penyadapan, (2) pemukulan tandan bunga jantan, (3) pemotongan ujung tandan bunga jantan, (4) penyadapan. Proses persiapan penyadapan nira yang dilakukan oleh petani dengan membersihkan batang aren dari ijuk dan kotoran lain serta membuka pelepahnya. Selain membersihkan batang aren, petani memasang tangga yang terbuat dari buluh sebagai alat untuk memanjat pohon aren sewaktu penyadapan nira. Setelah pohon aren siap disadap, petani melakukan pemukulan terhadap tandan bunga jantan yang siap untuk disadap niranya. Pemukulan tandan bunga jantan dilakukan menggunakan kayu dengan arah memutar mulai dari ujung ke arah pangkal, kemudian sebaliknya sebanyak 3-6 kali putaran yang dilakukan secara perlahan dan hati-hati serta menggoyang-goyangkan tandan bunga jantan secara perlahan. Proses tersebut bertujuan untuk memperbesar pori-pori dan melunakkan tandan bunga jantan, sehingga nira mudah keluar. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Setelah pemukulan tandan bunga jantan, petani memotong ujung tandan bunga jantan dengan menggunakan pisau. Sebelumnya, dirijen atau bambu digantungkan dekat tandan tersebut sehingga air nira yang keluar tertampung didalam bumbung atau dirijen tersebut. Petani akan mengaitkan katrol dirijen atau bambu sehingga setelah bumbung atau dirijen tersebut penuh maka petani akan menurunkan menggunakan katrol tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Selain itu, ketersediaan tenaga kerja dalam penyadapan nira masih sedikit. Dalam penyadapan nira, petani hanya mampu menyadap 4-6 batang aren per hari. Dalam satu batang tanaman aren, petani dapat menyadap tanaman aren tersebut dua kali dalam satu hari. </span><span lang="FI">Pada umumnya, penyadapan nira dilakukan oleh kaum laki-laki (Lampiran 14). Ketersediaan tenaga kerja yang masih sedikit tersebut di sebabkan karena penyebaran tanaman aren yang tidak teratur, proses penyadapan nira yang masih tradisional memiliki resiko yang sangat tinggi dan membutuhkan tenaga yang maksimal dalam memanjat batang aren yang tinggi yaitu 10-20 meter. Menurut Kusumanto (2008), keadaan kebun aren yang tidak beraturan, setiap satu orang tenaga penyadap paling-paling hanya sanggup menangani 10-20 pohon aren saja setiap harinya (pagi dan sore), yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan berpengalaman. Kalau tenaga yang baru dan belum berpengalaman mungkin hanya bisa menyadap 5-10 pohon saja. Oleh karena itu, penyebaran tanaman aren yang tidak teratur di pekarangan petani ditambah proses penyadapan yang masih sangat tradisional akan berakibat proses penyadapan tanaman aren menjadi tidak efektif dan efisien. Hal tersebut merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Menurut Kusumanto (2008), proses penyadapan nira dapat dilakukan dengan menggunakan sistem jembatanisasi. Sistem jembatanisasi dapat dilakukan apabila tanaman aren memiliki pola tanam yang teratur dan memiliki jarak yang dekat antara satu tanaman dengan tanaman lain dengan jarak antara 4 - 6 meter, dipasang 2 (dua) baris bambu yang sambung menyambung dari satu pohon ke pohon lain sampai di pohon yang paling ujung. Penyadap nira hanya memanjat naik pada satu pohon di awal, berpindah ke pohon satu ke pohon berikutnya melalui jembatan bambu yang dibuat di atas pohon, dan kemudian turun pada pohon yang paling ujung. Sedangkan untuk naik dan turunnya wadah penampung nira dan niranya, mereka menggunakan tali yang ditarik ulur dari atas atau dari bawah pohon.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Dengan menerapkan jembatanisasi antar pohon dan sekaligus pipanisasi nira sampai ke tempat pengolahan, maka banyak sekali keuntungan yang akan diperoleh. Sebab banyak sekali pekerjaan yang biasanya dilakukan pada pola konvensional tidak dilakukan lagi. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan penyadapan hingga nira sampai di penampungan menjadi lebih pendek, sehingga setiap pekerja bisa mengerjakan dengan jumlah pohon yang lebih banyak. Selain itu, mutu nira yang di hasilkan lebih baik dan lebih alami, karena nira langsung mengalir dan ditampung ditempat pengolahan dalam waktu singkat. Nira tidak lagi mengalami perubahan karena terkumpul tanpa perlakukan selama sekitar 10-14 jam di wadah penampungan nira yang menggunakan sistem tradisional. Dengan demikian mutu gula pasti lebih baik dan tentu akan menaikkan nilai daya saing dan nilai jualnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Sistem jembatanisasi merupakan inovasi teknologi dalam proses penyadapan tanaman aren di Kecamatan Mungka sehingga proses penyadapan nira menjadi efektif dan efisien yang akan berdampak terhadap peningkatan produksi dan kualitas produk yang di hasilkan di Kecamatan Mungka. Oleh karena itu, sistem jembatanisasi merupakan peluang dalam mengembangkan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Berdasarkan hasil wawancara dengan petani , selain nira aren yang diolah menjadi gula aren, petani juga bisa memanfaatkan ijuk, kolang-kaling dan sagu yang dimiliki tanaman aren sehingga memberikan pendapatan tambahan bagi petani. Namun, ijuk, kolang-kaling dan sagu tidak memiliki pasar yang jelas sehingga petani hanya memenuhi permintaan terhadap produk tersebut apabila ada permintaan secara langsung ke tempat petani . Pada tahun 1999, petani aren di Kecamatan Mungka pernah menjual ijuk kepada pedagang sebanyak 10 Ton dengan harga jual 1<span style="color: white;">.</span>000/Kg. </span><span lang="SV">Ijuk tersebut akan di ekspor ke Jerman dengan standar kualitas dan kebersihan yang telah ditentukan. Selain itu, petani juga menjual buah kolang-kaling pada Bulan Ramadhan dengan harga 9<span style="color: white;">.</span>000/Kg. Apabila tanaman aren sudah tidak produktif lagi, petani resonden dapat menjual sagu yang terdapat di dalam batang aren yang pada umumnya dimanfaatkan konsumen untuk pakan kuda dan pembuatan tepung dengan harga Rp 200<span style="color: white;">.</span>000,-/Batang. Nilai ekonomis yang dimiliki tanaman aren selain pemanfaatan nira menjadi gula aren mampu memberikan pendapatan tambahan kepada petani . Hal tersebut merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">C. Subsistem Agribisnis Hilir<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Subsistem agribisnis hilir merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam bentuk siap untuk dimasak maupun dikonsumsi beserta kegiatan pemasarannya baik pada pasar domestik maupun internasional. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">C. 1. Pengolahan Nira menjadi Gula Aren<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Berdasarkan hasil wawancara dengan petani , kegiatan pengolahan nira menjadi gula aren dilakukan oleh petani itu sendiri sehingga kegiatan usahatani aren dan pengolahan gula aren merupakan kegiatan utama petani aren di Kecamatan Mungka. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, petani aren di Kecamatan Mungka melakukan pengolahan secara sendiri. Petani yang melakukan pengolahan gula secara sendiri sebesar 50 % dan sebesar 50 % pengolahan gula aren di lakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga lainnya (perempuan). Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan nira menjadi gula aren hanya satu orang tenaga kerja dalam keluarga sehingga produksi gula aren yang dihasilkan oleh petani aren di Kecamatan Mungka masih sedikit dan belum bisa memenuhi kebutuhan pasar yang berasal dari dalam maupun dari luar Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Berdasarkan hasil wawancara dengan petani , proses pengolahan nira menjadi gula aren dilakukan dengan cara memasak nira aren tersebut menggunakan kuali yang berukuran besar. Proses pengolahan nira menjadai gula aren meliputi : (1) penampungan nira, (2) penyaringan nira, (3) pemasakan, (4) percetakan. Setelah nira aren disadap, nira aren tersebut dikumpulkan didalam ember. Sebelum nira aren tersebut dimasak, nira disaring dengan menggunakan penyaringan yang berguna untuk memisahkan nira aren dengan kotoran yang ikut sewaktu penyadapan. Penyaringan nira dari kotoran dilakukan sebanyak 2 kali. Setelah proses penyaringan, aren dimasak menggunakan kuali besar di atas tungku api yang berbahan bakar kayu bakar. Seluruh petani menghabiskan kayu bakar dengan biaya sebesar Rp 300.000 per bulan kira-kira 1/8 m<sup>3</sup> / Hari. Nira aren sebanyak 40-45 liter mampu menghasilkan 5 Kg gula aren dengan lama proses memasak selama 1.5 jam. Setelah nira aren dimasak, nira akan menjadi kental dan berwarna merah kecoklat-coklatan sehingga nira yang kental tersebut akan dimasukkan kedalam cetakan yang berdiameter 5 cm. Sebelum dimasukkan kedalam cetakan, cetakan tersebut direndam terlebih dahulu ke dalam air untuk memudahkan pelepasan gula aren dari cetakan. Cetakan aren yang berdiameter 5 cm tersebut menghasilkan gula aren dengan berat 0.23-0.25 kg gula aren. Setelah gula aren kering dan dingin, gula aren tersebut di bungkus dengan daun pisang dan siap untuk dipasarkan. Satu bungkus gula aren tersebut memiliki berat 1 Kg. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Proses pengolahan nira menjadi gula aren di Kecamatan Mungka masih sangat tradisional dan sederhana sehingga proses tersebut tidak efisien dan efektif. Selain itu, proses pengolahan gula aren yang menggunakan kayu bakar merupakan proses pengolahan yang tidak ramah lingkungan. Proses pengolahan nira menjadi gula aren yang sangat sederhana dan masih menggunakan kayu bakar merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Pabrik Gula Aren di Masarang Sulawesi Utara memanfaatkan energi panas bumi untuk mengolah nira menjadi gula aren sehingga petani aren di Masarang tersebut tidak perlu menggunakan kayu bakar untuk mengolah gula aren. Selain itu, gula aren yang dihasilkan memiliki standar kebersihan, kualitas dan kemasan (Kompas.com, 2009). Selain itu, teknologi pengolahan gula aren yang menggunakan alat atau mesin RO mampu meningkatkan kandungan gula aren dari 10-12% menjadi 30% artinya massa air murni yang terdapat dalam larutan nira dapat dipisahkan sebanyak sekitar 60 % (atau hampir 2/3) bagian dari nira. Proses pengolahan ini tidak menggunakan energi panas sehingga sangat hemat bahan bakar. Oleh karena itu, teknologi membran yang menggunakan alat RO mampu meningkatkan produksi gula aren, menghemat bahan bakar</span><span lang="SV">,</span><span lang="SV"> nira menjadi sangat bersih dan hiegenis, karena bisa dipisahkan dengan partikel-partikel kotoran yang mungkin terlarut, nira bisa distrerilkan dari kandungan organisme renik yang menyebabkan mutu nira berubah, dan nira bisa dikemas dan dijual dalam keadaan segar tanpa proses pemanasan (Kusumanto, 2010). Teknologi pengolahan gula aren yang efektif dan efesien tersebut merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Berdasarkan hasil wawancara dengan petani , produk gula aren yang dihasilkan oleh petani aren di Kecamatan Mungka berupa gula cetak atau balok yang memiliki bentuk fisik seperti tabung yang memiliki tinggi 4 cm dan diameter alas 7 cm. Produk gula aren yang dihasilkan petani aren di Kecamatan Mungka masih sangat tradisional yang dikemas dengan daun pisang. Bentuk produk tanaman aren yang masih sangat tradisional dan tidak menarik tidak mampu memasuki pasar modern ataupun pasar internasional yang selalu memiliki standar kebersihan, standar kualitas dan kemasan terhadap produk gula aren. Oleh karena itu, bentuk produk gula aren yang sangat tradisional dan tidak menarik merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani , gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka masih bersifat murni tanpa campuran. Oleh karena itu, konsumen sangat menyukai gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka karena gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka memiliki kualitas yang bagus dan aroma yang khas. Kemurnian gula aren tanpa campuran merupakan kekuatan dalam pengembangan agribinis aren di Kecamatan Mungka. Namun, gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka tidak menggunakan kemasan yang bagus, bersih dan menarik. Promosi terhadap produk gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka juga tidak pernah dilakukan sehingga hal tersebut dapat menyebabkan konsumen tidak mengetahui keunggulan gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka. Kegiatan promosi dan memberikan kemasan yang menarik memberikan nilai tambah bagi produk tersebut sehingga gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka yang tidak memiliki kemasan yang menarik dan tidak ada kegiatan promosi merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Walaupun kemasan gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka tidak bagus, bersih dan menarik serta belum adanya kegiatan promosi, gula aren yang dihasilkan selalu habis terjual dengan harga yang cukup tinggi yaitu Rp 10<span style="color: white;">.</span>000/ kg yang di jemput oleh pedagang pengumpul ke tempat pengolahan yang dimiliki oleh petani . <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="SV">C. 2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="SV">Keuangan Petani<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Modal dalam berusahatani merupakan unsur produksi yang paling penting, tanpa modal segalanya tidak akan berjalan dengan baik. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan takaran dalam menggunakan modal. Selain itu, modal juga sangat menentukan tingkat atau macam teknologi yang diterapkan (Daniel, 2002). Berdasarkan hasil wawancara dengan petani , petani menggunakan modal sendiri dalam melakukan usahataninya walaupun telah tersedia lembaga keuangan penunjang seperti BPR di tingkat Kecamatan. Peluang tersebut belum dimanfaatkan oleh petani karena modal untuk mengusahakan tanaman aren tidak terlalu besar sehingga petani merasa masih memiliki modal yang cukup dari hasil panen sebelumnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Modal yang diperlukan petani dalam usahatani aren berkisar Rp 600<span style="color: white;">.</span>000 – Rp 700<span style="color: white;">.</span>000. Modal tersebut terdiri dari biaya investasi alat-alat penyadapan dan pengolahan gula aren, biaya tenaga kerja (biaya yang diperhitungkan/ bulan) dan biaya operasi (biaya pembelian kayu bakar/bulan). Alat-alat yang digunakan dalam usahatani aren yaitu, parang, batu asahan, kuali, sendok, dirijen, baskom, katrol, plastik dan pencetak gula aren dengan biaya investasi awal rata-rata sebesar Rp 279<span style="color: white;">.</span>500,-. Selain itu, penyusutan alat-alat tersebut juga diperhitungkan dengan membagi 2, yaitu biaya penyusutan alat penyadapan nira dengan biaya rata-rata sebesar Rp 20<span style="color: white;">.</span>775,-/tahun dan biaya penyusutan alat pengolahan nira menjadi gula aren dengan biaya rata-rata sebesar Rp 36<span style="color: white;">.</span>319,-/tahun. Biaya tenaga kerja dan biaya bahan bakar (Kayu bakar) adalah Rp 737<span style="color: white;">.</span>750,-/bulan dan Rp 300<span style="color: white;">.</span>000,- /bulan. Namun, biaya tenaga kerja merupakan biaya yang diperhitungkan karena menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Oleh karena itu, modal yang diperlukan petani dalam mengusahakan usaha tani aren masih bisa dipenuhi oleh petani tersebut. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan Lampiran 17, biaya rata-rata petani dalam mengusahakan usahatani aren sebesar Rp 1<span style="color: white;">.</span>043<span style="color: white;">.</span>515,-/Bulan dengan penjualan rata-rata sebesar 3<span style="color: white;">.</span>225<span style="color: white;">.</span>000,-/bulan sehingga keuntungan bersih rata-rata yang diperoleh petani sebesar Rp 2<span style="color: white;">.</span>181<span style="color: white;">.</span>484,- /bulan dengan nilai B/C sebesar 3,06. Oleh karena itu, usahatani aren layak untuk dilaksanakan dan sangat potensial untuk dikembangkan dengan mempertimbangkan permintaan pasar tehadap gula aren masih belum bisa dipenuhi sehingga keuntungan yang cukup tinggi diperoleh petani yang masih mengusahakan tanaman aren dengan tradisional dan jumlah tanaman yang masih sedikit merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">C.3. Pemasaran Gula aren<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Pemasaran merupakan kegiatan penting dalam aktivitas pertanian terutama pada sistem agribisnis. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang , pemasaran gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka ini dipasarkan di dalam Kecamatan Mungka maupun di luar Kecamatan Mungka yaitu Payakumbuh, Bukittinggi, Riau (Rengat), dan Jambi. Di daerah pemasaran gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka tersebut juga terdapat gula aren yang berasal dari kecamatan-kecamatan yang menghasilkan gula aren di Kabupaten Lima Puluh Kota seperti Kecamatan Sago Halaban, Suliki, Luhak, Payakumbuh dan lain-lain. Selain itu, di daerah pemasaran tesebut juga terdapat gula aren yang berasal dari Kabupaten Pasaman Barat dan Tanah Datar. Hal ini menimbulkan persaingan yang merupakan ancaman bagi pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. Berdasarkan informasi pedagang , pesaing-pesaing yang terdapat dari luar Kecamatan Mungka tidak mempengaruhi penjualan pedagang yang berasal dari Kecamatan Mungka sehingga gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka selalu habis terjual dan selalu terjadi peningkatan permintaan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Pedagang dari komoditi gula aren ini merupakan pedagang pengumpul yang memasarkan gula aren ke daerah Bukittinggi dan daerah Riau (Rengat). Hal tersebut mewakili bahwa daerah pemasaran terbesar gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka adalah Bukittinggi. Berdasarkan informasi pedagang yang memasarkan gula aren ke Bukittinggi, permintaan gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka masih belum bisa terpenuhi walaupun begitu banyak gula aren yang berasal dari daerah lain yang memasarkan gula aren di Bukittinggi. Permintaan terhadap gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka selalu meningkat sehingga merupakan peluang yang harus dimanfaatkan untuk mengambangkan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. Selain itu, berdasarkan informasi pedagang yang memasarkan gula aren ke daerah Riau (Rengat), permintaan gula aren di Propinsi Riau juga sangat prospektif yang disebabkan karena masyarakat di Propinsi Riau suka mengkonsumsi gula aren untuk kebutuhan makanan dan minuman. Oleh karena itu, permintaan pasar yang belum bisa terpenuhi serta sudah di pasarkan antar propinsi merupakan peluang yang harus dapat dimanfaatkan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Pedagang pengumpul yang meminjam uang kepada pedagang besar dapat mengakibatkan tekanan dan harga yang bisa dipermainkan oleh pedagang besar kepada pedagang pengumpul tersebut sehingga pedagang pengumpul selalu dirugikan oleh pedagang besar.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Tabel 11. Identitas Pedagang komoditi di Kecamatan Mungka<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Kegiatan pada daerah pemasaran gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka memiliki saluran tataniaga sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: 419px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 27px; z-index: 6;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/HOME/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1031" width="27" /></span><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: 275px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 27px; z-index: 4;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/HOME/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1029" width="27" /></span><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: 88px; margin-top: 30px; position: absolute; width: 27px; z-index: 7;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/HOME/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1032" width="27" /></span><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: 88px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 27px; z-index: 1;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/HOME/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="27" /></span><span lang="SV">Petani Pedagang pengumpul Pedagang besar Pedagang pengecer Konsumen<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: 275px; margin-top: 5px; position: absolute; width: 27px; z-index: 5;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/HOME/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif" v:shapes="_x0000_s1030" width="27" /></span><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: 443px; margin-top: 5px; position: absolute; width: 27px; z-index: 8;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/HOME/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1033" width="27" /></span><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: 88px; margin-top: 3px; position: absolute; width: 27px; z-index: 2;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/HOME/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image003.gif" v:shapes="_x0000_s1027" width="27" /></span><span lang="SV">Petani Pedagang Pengumpul Pedagang pengecer Konsumen<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: 88px; margin-top: 7px; position: absolute; width: 27px; z-index: 3;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/HOME/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" v:shapes="_x0000_s1028" width="27" /></span><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: 280px; margin-top: 3px; position: absolute; width: 27px; z-index: 9;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/HOME/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" v:shapes="_x0000_s1034" width="27" /></span><span lang="SV">Petani Pedagang pengumpul Pedagang pengecer lokal<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="height: 12px; left: 0px; margin-left: 88px; margin-top: 4px; position: absolute; width: 27px; z-index: 10;"><img height="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/HOME/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image005.gif" v:shapes="_x0000_s1035" width="27" /></span><span lang="SV">Petani Konsumen<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Petani lebih menyukai pendistribusian pada saluran tataniaga yang pertama dan kedua karena pedagang pengumpul membeli gula aren dalam jumlah besar serta menjemput gula aren tersebut langsung ke tempat pengolahan gula aren sehingga petani tidak perlu memikirkan lagi biaya transportasi dan gula aren yang di produksi petani langsung habis terjual.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Walaupun tidak menimbulkan permasalahan bagi petani, tetapi sebenarnya pendistribusian dengan saluran tataniaga yang panjang juga menimbulkan dampak kepada petani. Menurut Cahyono (1996) pemasaran dengan saluran tataniaga yang panjang yaitu dari petani sebagai produsen disalurkan kepada pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul kemudian disalurkan ke pedagang besar. Selanjutnya ke pedagang pengecer untuk didistribusikan ke konsumen. Pemasaran dengan saluran tataniaga yang panjang dapat menyebabkan rendahnya harga pada tingkat petani/produsen dan tingginya harga pada tingkat konsumen sehingga sangat berpengaruh terhadap daya beli konsumen yang pada akhirnya dapat menyebabkan terhambatnya proses pemasaran dan pendapatan petani/produsen menjadi rendah. Saluran tataniaga yang panjang pada pemasaran gula aren merupakan ancaman dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Saluran tataniaga yang paling efisien antara saluran tataniaga I dengan saluran tataniaga II adalah saluran tataniaga no 2 yang memiliki margin tataniaga yang paling besar sebesar 0.71. Selain itu, saluran tataniaga no 2 juga memberikan proporsi keuntungan yang adil dan memiliki saluran tataniaga yang paling pendek.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, daerah pemasaran gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka hanya di pasar tradisional. Produk gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka tidak pernah mamanfaatkan peluang pasar yang ada di pasar modern dan pasar internasional (ekspor). Peluang ekspor gula aren ke luar negri sangat besar. Pada saat ini, <span style="color: black;">Jepang meminta pasokan gula merah sebanyak 500 ton per bulan akan tetapi jumlah tersebut tidak terpenuhi. Kelompok Tani Sariwangi tersebut baru dapat memenuhi permintaan 50 ton per bulan. Sebanyak 90 persen atau 450 ton belum terpenuhi.(Kompas online, 2010). Selain itu, Pabrik gula aren Masarang berhasil menebus pasar ekspor ke Jerman dengan harga Rp 110</span><span style="color: white;">.</span><span style="color: black;">000,-/Kg. Harga jual gula aren tersebut sangat menguntungkan bagi petani dan memiliki prospek yang baik dalam mengembangkan usaha gula aren. Oleh karena itu, peluang ekspor gula aren ke luar negri harus dimanfaatkan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan hasil wawancara petani dan pedagang , informasi harga jual gula aren oleh petani berdasarkan informasi pasar yang diterima dari pedagang pengumpul. Walaupun kondisi tersebut pada umumnya dapat merugikan petani karena pedagang pengumpul dapat mempermainkan harga gula aren, namun petani tidak pernah merasa di rugikan. Harga beli gula aren yang diterima petani berdasarkan harga pasar yaitu seharga Rp 10<span style="color: white;">.</span>000,-/Kg. Harga gula aren tersebut cendrung tetap kecuali pada bulan ramadhan, harga gula aren meningkat pada petani berkisaran Rp 14<span style="color: white;">.</span>000,-/kg – Rp 15<span style="color: white;">.</span>000,-/Kg.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Namun harga jual gula aren pada pedagang pengumpul bervariasi. Pedagang pengumpul yang menjual gula aren kepada pedagang besar di pasar Aur Kuning Bukittinggi dengan harga Rp 12<span style="color: white;">.</span>000,-/ Kg sedangkan pedagang pengumpul menjual gula aren ke pedagang di Riau (Rengat) dengan harga berkisaran Rp 14<span style="color: white;">.</span>000,-/Kg. Oleh karena itu, pedagang pengumpul yang menjual gula aren ke Riau lebih besar mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul cukup besar. Pemasaran daerah Rengat, keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 1<span style="color: white;">.</span>016<span style="color: white;">.</span>277,-/Minggu sedangkan pada daerah Bukittinggi, keuntungan rata-rata yang diperoleh adalah Rp 397<span style="color: white;">.</span>583,-/Minggu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul menggunakan fasilitas-fasilitas yang masih sederhana, yaitu kendaraan, gerobak, karung dan timbangan. Pedagang pengumpul menggunakan kendaran untuk menjemput gula aren di tempat pengolahan gula aren. Kemasan gula aren yang akan di pasarkan berupa karung yang berisi 50 kg gula aren per karung. Dalam pendistribusian gula aren ke pasar, pedagang pengumpul gula aren mengalami kerugian komoditas akibat rusak sebesar 0.06 % dari jumlah gula aren yang didistribusikan. Walaupun kerugian tersebut masih sangat kecil, namun hal tersebut bisa di katakan salah satu kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka akibat pengemasan dan pendistribusian yang kurang baik. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Sebagai perbandingan harga gula aren, pedagang pengecer gula aren di Pasar Payakumbuh menjual gula aren rata-rata Rp 14.000,/Kg sedangkan pedagang pengecer gula aren di Pasar Padang Loweh di Kecamatan Mungka menjual harga gula aren rata-rata Rp 13.000,-/Kg. Perbedaan harga tersebut sangat dipengaruhi oleh rantai tataniaga sehingga biaya-biaya tataniaga dan proporsi keuntungan di setiap jalur tataniaga gula aren sangat berbeda-beda.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Pedagang pengecer yang menjual gula aren di Pasar Bawah Bukittinggi menjual gula aren dengan harga Rp 14<span style="color: white;">.</span>000,-/Kg sedangkan pedagang pengecer yang menjual gula aren di Pasar Aur Kuning menjual gula aren dengan harga berkisaran Rp 15<span style="color: white;">.</span>000,-/Kg - Rp 16<span style="color: white;">.</span>000,-/Kg. Perbedaan harga jual kepada konsumen yang terjadi pada pedagang pengecer disebabkan karena jumlah gula aren yang beredar di Pasar Bawah lebih banyak dibandingkan di Pasar Aur Kuning. Selain itu, pedagang pengecer di Pasar Bawah Bukittinggi mendapatkan pasaokan gula aren langsung dari pedagang pengumpul sehingga harga beli gula aren oleh pedagang pengecer di Pasar Bawah berkisaran Rp 12<span style="color: white;">.</span>000,-/Kg sedangkan harga pedagang pengecer di Pasar Aur Kuning berkisaran Rp 14<span style="color: white;">.</span>000,-/Kg. Berdasarkan informasi dari pedagang pengecer di Pasar Bawah Bukittinggi, biaya-biaya yang digunakan dalam memasarkan gula aren yaitu timbangan, keranjang dan kemasan (plastik) dengan biaya-biaya investasi awal sebesar Rp 1<span style="color: white;">.</span>080<span style="color: white;">.</span>000,- (Lampiran 26). Keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengecer di Pasar Bawah bukittinggi sebesar Rp 679<span style="color: white;">.</span>375,-/Minggu. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Namun, pada pedagang pengecer di Pasar Aur Kuning mengalami kerugian sebesar Rp 9<span style="color: white;">.</span><span style="color: black;">083,-/Minggu. Hal tersebut disebabkan karena jumlah pembelian gula aren oleh pedagang pengecer di Pasar Aur Kuning dalam jumlah sedikit yaitu 20 Kg/Minggu. Selain itu, pedagang pengecer di Pasar Aur Kuning tidak hanya menjual gula aren. Pedagang pengecer juga menjual kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti tepung, gula pasir, dan lain-lain. Apabila pendapatan pedagang pengecer tersebut digabung dari produk-produk yang dijual maka pedagang pengecer sangat menguntungkan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan informasi dari pedagang pengecer di Pasar bawah Bukittinggi, permintaan gula aren cukup tinggi. Walaupun gula aren yang mereka jual selalu bersisa, namun kontiunitas jual beli sangat prospektif dan lancar. Pedagang pengumpul menyuplai gula aren ke pedagang pengecer pada hari rabu dan sabtu. Dalam satu kali penyuplaian, pedagang pengecer membeli gula aren rata-rata sebanyak 200 kg yang dimana pedagang pengecer membeli gula aren dari berbagai daerah di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Agam. Pedagang pengecer juga menjual gula batok yang berasal dari tebu dan gula aren campuran dengan gula biasa. Walaupun demikian pedagang pengecer telah mengelompokkan produk-produk tersebut dengan harga yang berbeda. Harga gula aren campuran dan harga gula batok yang dari tebu lebih memiliki harga yang murah dibandingkan gula aren yang asli. Gula campuran dan gula batok yang berasal dari tebu beredar di pasaran merupakan ancaman bagi pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. Walaupun demikian, konsumen lebih cendrung memilih gula aren asli karena aromanya yang khas dan cita rasa yang enak.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan informasi dari UPT Pertanian Kecamatan Mungka, kegiatan pemasaran gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka belum didukung oleh kegiatan promosi sehingga menyebabkan gula aren ini belum terlalu populer dan dikenal konsumen. Selain itu, bentuk fisik gula aren sangat tradisional sehingga mencerminkan kondisi yang tidak higienis dan menarik serta kemasan gula aren masih dibungkus dengan daun pisang hingga tidak memilki daya tarik. Padahal, produk gula aren di Jawa dalam bentuk kristal dan memiliki kemasan yang sangat menarik sehingga konsumen sangat menyukai produk tersebut. Harga jual gula aren tersebut juga menguntungkan yaitu dengan harga 20.000/Kg (Suara Merdeka, 2010). Produk gula aren dalam bentuk kristal dan kemasan yang menarik merupakan ancaman bagi pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">D. Subsistem Lembaga Penunjang<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">a. Perekonomian Daerah dan Nasional<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: black;">Suatu wilayah dianggap produktif bilamana tingkat pertumbuhan ekonominya dianggap tinggi dan dapat merespon serta membiayai kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menambah pendapatan perkapita masyarakat dan selanjutnya dapat menambah pendapatan negara yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional merupakan peluang yang dapat membantu pengembangan agribisnis aren. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lima Puluh Kota dalam kurun waktu 1999-2003 cendrung mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi daerah ini mencapai 4,56 %. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="color: black;"> Dalam Struktur perekonomian Kabupaten Lima Puluh Kota, sektor pertanian masih mempunyai peranan yang besar di tahun 2004. Berdasarkan perkembangan distribusi persentase PDRB atas harga berlaku, kontribusi sektor pertaian pada tahun 2004 sebesar 34,67 % dan 8,68 %-nya berasal dari sektor perkebunan. Kegiatan pertanian yang lebih banyak didominasi oleh petani kecil dan penggarap yang tidak boleh dibiarkan saja agar kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik, maka upaya menumbuhkan ekonomi masyarakat kecil merupakan prioritas utama ekonomi daerah dan nasional. Hal ini menjadi peluang bagi pengembangan agribisnis aren yang dikelola oleh rakyat kecil.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">b. Otonomi Daerah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV"> <span style="color: black;">Perubahan sistem politik dari pusat hingga daerah didasarkan pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, meyebabkan perilaku daerah mesti berubah menurut Undang-Undang. Kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu peluang bagi pengembangan agribisnis di setiap daerah karena pembangunan agribisnis pada era otonomi daerah akan lebih ditentukan oleh kreativitas dan masing-masing daerah di berikan kebebasan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Kebijakan otonomi daerah memungkinkan pemerintah daerah dalam mengelola sendiri daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan keperluan yang ada termasuk penanganan sektor agribisnis. Dalam konteks otonomi daerah pemerintah memiliki kreatifias sendiri untuk menemukan potensi kekayaan daerahnya, untuk itu pemerintah harus dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan kreatif agar terbangun sistem agribisnis aren yang terintegrasi dengan baik.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="color: black;">Arah kebijakan umum Kabupaten Lima Puluh Kota di bidang perkebunan tahun 2005-2010 adalah (1) mendorong pengembangan komoditi unggulan berbasis nagari yang mempunyai potensi daya jual di pasar regional, nasional dan internasional dengan memanfaatkan teknologi yang dapat dijangkau oleh pelaku usaha; (2) mendorong sektor pertanian secara luas yang berbasiskan tanaman perkebunan dengan memanfaatkan keunggulan komparatif ekonomi, masyarakat dan berorientasi terhadap kebutuhan pasar di dalam maupun di luar daerah; (3) meningkatkan kualitas dan kuantitas penyusunan perencanaan program pembangunan perkebunan; (4) menyiapkan sarana dan prasarana serta sumber daya birokrasi pemerintah kabupaten (Kantor Perkebunan) dalam penyelenggaraan pemerintahan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">c. Transportasi, Pasar dan Komunikasi<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, sarana dan prasarana pendukung pada Kecamatan Mungka seperti jalan dan alat transportasi telah tersedia. Pada umumnya masyarakat yang berada di Kecamatan Mungka memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor untuk mendukung kegiatan mereka sehari-hari termasuk dalam usahataninya. Daerah ini juga telah tersedia jasa angkutan pedesaan dan kendaraan roda dua. Selain itu, sarana komunikasi sudah tersedianya dengan adanya telepon seluler dengan beberapa layanan jaringan merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis gula aren di Kecamatan Mungka. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Di Kecamatan Mungka juga tersedia pasar-pasar lokal yang menjadi tempat penjualan produk-produk yang dihasilkan tanaman aren. Oleh karena itu, ketersediaan pasar yang didukung oleh transportasi, sarana dan prasarana serta telekomunikasi merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">d. Lembaga Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Berdasarkan hasil wawancara dengan petani , pedagang saprodi dan pedagang komoditas, dukungan dari dinas terkait yang berhubungan dengan pengembangan agribinis aren belum pernah dilakukan, Seperti belum adanya penyuluhan dan pelatihan terhadap usahatani aren. Selain itu, pengenalan teknologi dan bibit unggul juga belum pernah dilakukan sehingga belum ada perhatian pemerintah setempat dan dinas-dinas yang terkait dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. Oleh karena itu, penyuluhan dan pelatihan yang belum pernah dilakukan kepada pelaku agribisnis aren di Kecamatan Mungka merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV"> Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ir. Wal Asri (Camat Kecamatan Mungka), himbauan dan arahan terhadap pengembangan agribisnis aren telah lama di lakukan yaitu pada tahun 1999 dan arah pengembangan tanaman aren yang diberlakukan yaitu penanaman tanaman aren secara sistem agroforesti yang sangat mendukung pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka. Namun, penyuluhan dan pelatihan secara langsung belum pernah dilakukan serta bentuk kerja sama antara lembaga pemerintah dengan pelaku agribisnis aren juga belum pernah ada. Selain itu, pemerintah setempat belum melakukan upaya dalam kegiatan promosi terhadap produk gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka. Oleh karena itu, produk gula aren belum pernah menembus pasar internasional yang memiliki peluang pasar yang sangat bagus. Hal tersebut merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis di Kecamatan Mungka. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="color: black;">Selain itu, kerjasama yang efektif antara masing-masing lembaga yang ada dalam sistem agribisnis aren sangat diharapkan agar agribisnis aren dapat berkembang dengan baik. Jika masing-masing lembaga dikoordinasikan dalam sebuah jaringan kerjasama yang baik untuk membangun agribisnis aren di Kecamatan Mungka, maka produk yang dihasilkan akan mendatangkan keuntungan kompetitif bagi daerah tersebut. Ini akan membuat pertumbuhan ekonomi wilayah akan meningkat dan pembangunan daerah juga akan menjadi lebih baik. Namun saat ini pemerintah daerah belum mampu mengkoordinasikan jaringan lembaga yang ada dalam sistem agribisnis aren dengan baik, sehingga kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing subsistem berjalan dengan sendiri-sendiri sesuai dengan bidang usaha mereka. Keterkaitan antara lembaga agribisnis aren yang tidak terkoordinasi dengan baik merupakan kelemahan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">e. Lembaga Keuangan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Agribisnis aren juga ditunjang dengan adanya lembaga keuangan berupa bank di kecamatan ini. Keberadaan lembaga keuangan ini merupakan peluang yang belum dimanfaatkan dalam pengembangan agribisnis aren terutama oleh petani. Berdasarkan wawancara dengan petani, alasan petani tidak mau meminjam modal pada lembaga keuangan dikarenakan petani masih mampu memodali usahanya sendiri. Selain itu, proses administrasi dalam peminjaman yang begitu sulit.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><span id="goog_1281653528"></span><span id="goog_1281653529"></span>Sosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7425408271526818264.post-39889108767823381822011-01-18T21:08:00.000-08:002011-01-18T21:08:33.389-08:00Tujuan dari BLOG iniCreator blog memiliki tujuan supaya blog ini dapat dimanfaatkan bukan hanya bagi creator tapi teman-teman sejurusan yang masih kuliah maupun yang sudah menyelesaikan kuliahnya untuk bersilaturahmi.<br />
Manfaat selain tempat bertukar pikiran, juga sebagai sarana untuk mempublikasikan dari hasil penelitian rekan-rekan agar dapat di baca oleh banyak orang.<br />
Blog ini masih sangat jauh dari kesempurnaan namun, dibutuhkan sumbangsih dari rekan-rekan semua untuk menghidupkan dan mengembangkan blog ini.<br />
<br />
salam<br />
<br />
CreatorSosial Ekonomi Pertanian UNANDhttp://www.blogger.com/profile/17795476042523822515noreply@blogger.com0